Mengkritisi Sinetron Religi
Sinetron Religi adalah Sinetron yang menjadikan agama sebagai topik sentralnya. Saat ini cukup banyak sinetron religin yang ditayangkan di berbagai stasiun televisi Indonesia. Mulai yang mengangkat kisah nyata, fiksi sampai yang melegenda dan penuh misteri. Legenda-legenda di masyarakat yang berbumbu agamapun juga kerap hadir mewarnai pertelevisian tanah air.
Keberadaan sinetron religin ini cukup membawa angin segar bagi industri persinetronan tanah air. Dulu dinetron di Indonesia hanya didominasi oleh sinetron remaja dan percintaan. Namun, kemasan yang disajikan sinetron religi sepertinya perlu di kritisi agar di kemudian hari dapat dihadirkan dengan lebih baik dan bermanfaat utamanya bagi peningkatan akhlak bangsa yang sudah mulai bobrok ini.
Kebiadaban Sinetron Religi
Inilah yang penulis soroti saat melihat aneka macam epidose yang ditayangkan Sinetron religi. Kekerasan dan Kebiadaban. Apalagi jika tema utamanya adalah hukuman bagi orang yang berdosa, maka adegan-adegan kelicikan, kekerasan dan kebiadaban seakan selalu kita temui dalam tiap adegan.
Mungkin sutradara sinetron ingin menunjukkan sosok yang kejam, bengis dan layak untuk diadzab langsung. Namun, hikmah yang ada justru berbalik, karena dalam waktu bersamaan ditampilkan sosok yang lemah dan tak berdaya serta tak ada semangat perlawanan sebagaimana sifat seorang muslim sejati. Hampir bisa dipastikan di tiap episode, orang yang taat beribadah, beriman bahkan seorang ustad sekalipun harus tunduk, menyerah dan tak melawan saat dijadikan bulan-bulanan si jahat.
Memang hal ini tak dapat dihilangkan, karena tak mungkin memberi penjelasan di dalam sinetron (memberi semacam tulisan mungkin), namun setidaknya porsi kekerasan sebaiknya dikurangi atau diganti dengan adegan lain misal cerita yang berkembang di masyarakat, dll. Dan penulis pikir, untuk menunjukkan seseorang berwatak jahat, tak harus membutuhkan lebih dari tiga perempat jam tayang. Dalam durasi 5–10 menit penulis rasa sudah cukup.
Satu hal lagi yang perlu disoroti adalah proses pertaubatan dari jahat menjadi baik. Biasanya si jahat begitu mudah beralih dari jahat ke baik. Hanya lewat doa dan sholat malam si baik, lalu sim salabim si jahat tiba-tiba jadi baik. Padahal dalam kehidupan hanya, proses perjuangan membuat seseorang bertaubat tak cukup dengan hanya doa, namun terkadang perlu jihad dan tindakan nyata.
Bila dirangkum dalam sekali episode, adegan yang menunjukkan kasih sayang dan ketentraman hanya berkisar 2–5 menit saja. Itupun diletakkan di akhir cerita bahkan terkadang dibuat semacam cerita terputus sehingga penonton tak mampu mengambil hikmah dan manfaat suatu pertaubatan.
Perbaikan Kualitas Sinetron Religi
Untuk itu penulis rasa perlu adanya suatu perbaikan kualitas dalam penyajian Sinetron Religi. Penulis pikir ada begitu banyak tema dan cerita yang terjadi di Masyarakat yang dapat dijadikan sebagai bahan cerita. Lihatlah bagaimana seorang yang dulunya napi, kemudian bertaubat, mengumpulkan napi-napi yang lain membentuk usaha kerajinan dan sukses menembus pasar ekspor. Satu lagi cerita perjuangan seorang muslim mulai dari gerobak dorong, hingga menjadi restoran yang memiliki cabang dimana-mana. Atau kisah orang-orang yang terbelit hutang, yang kemudian mampu lepas dari cengkraman hutang dan menjadi pengusaha sukses.
Penulis pikir sudah saatnya masyarakat kita dicekoki dengan optimisme, ide-ide segar dan cemerlang. Cukup sudah menakut-nakuti rakyat dengan cerita-cerita yang tak bermanfaat. Saatnya memberi harapan pada masyarakat bahwa sukses itu bukan impian tapi mampu diraih oleh siapa saja.
Artikel ini mungkin takkan dibaca oleh para sutradara atau produsen sinetron. Tapi bagi anda yang membaca penulis berikan sedikit saran. Kritisi benar-benar apapun yang diberikan oleh televisi kepada kita. Sehebat apapun cerita yang diberikan, bentuklah pola pikir bahwa itu hanya cerita dan dampingilah putra-putri kita saat menontonnya.
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 Tinggalkan Komentar disini...
Click here for Tinggalkan Komentar disini...yang ditayangkan belum tentu sesuai dengan yang benar2 terjadi. demi keuntungan pasar bukan nggak mungkin kan ada pihak2 yang sengaja memberi bumbu2 yang justru membuat makna serta pesan di dalam cerita menjadi bias dan yang didapat oleh penontonnya hanyalah sekumpulan adegan2 tragisnya..namun bukan sebab yang mengakibatkannya...sngguh ironis...namun kita hanya perlu menunggu masyarakat indonesia bangkit dari belenggu sinetron indonesia yang kian terpuruk kualitasnya.
BalasHurrah! After all I got a web site from where I can truly get useful information
Balasconcerning my study and knowledge.
Feel free to surf to my web blog ... Dota 2 Sniper Strategy
Selamat Datang Sahabat....
Silahkan tinggalkan komentar dan saran
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon