Van Doorn & Lammers menyatakan komunikasi adalah merupakan sebagai sebuah tindakan, ia menganalisis komunikasi dari dua sisi yaitu sisi individu dan sisi sosial. Dari sisi individu ia membagi komunikasi menjadi yang bertipe obyektif (dari luar) yang melahirkan kegiatan dan cara tindak dan subyektif (dari dalam) yang melahirkan proses-proses psikis dan sikap. Sedangkan dari sisi sosial ia membagi komunikasi obyektif yang melahirkan interaksi dan relasi sosial, serta subyektif yang melahirkan komunikasi dan hubungan sosial.
Koncaid & Schramn menyatakan komunikasi sebagai sebuah proses, artinya komunikasi merupakan proses berbagi/menggunakan sebuah informasi secara bersama dan pertalian antara para peserta dalam proses informasi tersebut dinamakan komunikasi. Ciri adanya proses komunikasi menurutnya adalah : Harus ada 2 pihak atau lebih, dan ada proses berbagi informasi, sehingga harus selektif dalam memilih alat komunikasi dan memilih pola yang sesuai untuk menggambarkan pikiran. Lebih jauh ia menyatakan bahwa langkah-langkah dalam sebuah proses komunikasi adalah menciptakan informasi, menyampaikan informasi tersebut, memperdalam perhatian, menafsirkannya, memahaminya lalu melaksanakan, serta timbulnya pengertian bersama.
Adapun Berlo menyatakan komunikasi sebagai cara mempengaruhi orang lain. Komunikasi bermaksud mempengaruhi org lain, dimana unsur komunikasi menurutnya adalah adanya Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), Receiver (penerima), dan Effect (akibat). Lebih jauh ia memberikan ilustrasi bahwa seorang dokter yg mendiagnosa pasien, maka ia bertindak sbg sebuah source, pasien sbg receiver, message-nya adalah masalah kesehatan, channel-nya adalah udara (karena merupakan pola komunikasi primer), dan effect-nya adalah perubahan sikap dari sang pasien tsb.
2. Tipe Komunikasi dan Jaringan Komunikasi
Dalam ilmu komunikasi, tipe komunikasi menurut Edward Sapir dibagi menjadi tipe komunikasi primer dan sekunder. Tipe komunikasi primer bersifat langsung, face to face baik dengan menggunakan bahasa, gerakan yg diartikan secara khusus ataupun aba2. Tipe komunikasi ini bisa berbentuk pertemuan (inter-personal), kelompok (kuliah) maupun massa (tabligh akbar). Betapapun besarnya, pengaruh komunikasi jenis ini tidak dapat melalui sebuah wilayah geografis yg sangat sempit dan terbatas. Sementara tipe komunikasi sekunder adalah komunikasi yg menggunakan alat, media seperti menggunakan surat (inter personal), menonton pagelaran nasyid (kelompok), maupun media koran atau TV (massa), yg berfungsi untuk melipatgandakan penerima, sehingga dpt mengatasi hambatan geografis dan waktu.
Jaringan komunikasi terdiri dari jaringan komunikasi tradisional (Lama), dan jaringan komunikasi modern (Baru) Pola komunikasi lama/tradisional, cirinya adalah berlangsung secara tatap-muka sehingga terjelma hubungan interpersonal yg mendlm, hubungan dg status yg berbeda (patron-client), serta pemberi pesan dinilai oleh penerima berdasarkan identitasnya (siapa bicara, bukan apa isinya). Sementara jaringan komunikasi modern, cirinya adalah adanya inovator (penggagas, pencipta media), dan melalui media massa.
3. Media Komunikasi Modern (TV) sebagai Alat untuk Menghancurkan Sebuah Generasi.
Pakar komunikasi Rogers & Shoemaker menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pesan yg disampaikan dari sumber kepada penerima. Komunikasi yg menyebar melalui media massa akan memiliki dampak vertikal (mengalami taraf internalisasi/penghayatan) apalagi jk para tokoh (opinion-leaders) ikut menebarkannya. Sementara pakar komunikasi lain, Lazarfield menyatakan bahwa jalannya pesan melalui media massa akan sangat mempengaruhi masyarakat penerimanya.
Peran merusak dari media komunikasi modern, khususnya TV terhadap sebuah generasi menurut penulis dapat dilihat dari dua aspek sbb :
Ø Aspek kehadirannya : Terjadinya perubahan penjadwalan kegiatan sehari2 dalam keluarga muslim dan muslimah. Sebagai contoh adalah, waktu selepas maghrib yang biasanya digunakan anak2 muslim/ah untuk mengaji dan belajar agama berubah dengan menonton acara2 yang kebanyakan tidak bermanfaat atau bahkan merusak. Sementara bagi para remaja dan orangtua, selepas bekerja atau sekolah dibandingkan datang ke pengajian dan majlis2 ta’lim atau membaca buku, kebanyakan lebih senang menghabiskan waktunya dengan menonton TV. Sebenarnya TV dapat menjadi sarana dakwah yang luarbiasa, sesuai dengan teori komunikasi yang menyatakan bahwa media audio-visual memiliki pengaruh yang tertinggi dalam membentuk kepribadian seseorang maupun masyarakat, asal dikemas dan dirancang agar sesuai dengan nilai2 yg Islami.
Ø Aspek Isinya : Berbicara mengenai isi yang ditampilkan oleh media massa diantaranya adalah mengenai penokohan/orang2 yang diidolakan. Media massa yang ada tidak berusaha untuk ikut mendidik bangsa dan masyarakat dengan menokohkan para ulama ataupun ilmuwan serta orang2 yang dapat mendorong bagi terbangunnya bangsa agar dapat mencapai kemajuan (baik IMTAK maupun IPTEK) sebagaimana yang digembar-gemborkan, sebaliknya justru tokoh yang terus-menerus diekspos dan ditampilkan adalah para selebriti yang menjalankan gaya hidup borjuis, menghambur2kan uang (tabdzir) jauh dari memiliki IPTEK apalagi dari nilai2 agama. Hal ini jelas demikian besar dampaknya kepada generasi muda dalam memilih dan menentukan gaya hidup serta cita2nya dan tentunya pada kualitas bangsa dan negara. Produk lain dari GF yang menonjol dalam media TV misalnya, adalah porsi film2 yang Islami yang hampir2 boleh dikatakan tidak ada, 90% film yang diputar adalah bergaya hidup Barat, sisanya adalah film nasional (yang juga meniru Barat), lalu diikuti film2 Mandarin dan film2 India. Hal ini bukan karena tidak adanya film2 yg islami atau kurangnya minat pemirsa thd film2 islami, karena penayangan film â€Å“the messageâ€Ã‚ misalnya menimbulkan animo yg luar-biasa dikalangan masyarakat atau film seperti â€Å“Children of Heavenâ€Ã‚ mampu mendapatkan award untuk film anak budaya terbaik dunia. Tetapi masalahnya memang lebih karena tidak adanya political-will dikalangan pengelola stasiun TV yg ada.
4. Penutup
Terakhir, perlu diketahui bahwa penjajahan melalui media komunikasi adalah jauh lebih jahat dan berbahaya dari penjajahan fisik. Dari sisi biaya, peperangan fisik membutuhkan biaya yg sangat mahal, sementara peperangan media hanya membutuhkan biaya yg murah dan bahkan dapat dikembalikan (melalui iklan). Dari sisi persenjataan yg digunakan, peperangan fisik menggunakan berbagai senjata canggih yg mahal dan berat, sedangkan peperangan media cukup menggunakan film2, diskusi topik dan iklan. Dari sisi jangkauan, peperangan fisik hanya dibatasi di front2 pertempuran saja, sementara penjajahan media bisa sampai ke setiap rumah
jauh di pelosok2 dan di pedalaman. Terakhir dari sisi obyek, dlm peperangan fisik obyek merasakan dan mengadakan perlawanan, sementara melalui peperangan media obyek sama sekali tidak merasa dan bahkan menjadikan penjajahnya sebagai idola. Maka menghadapinya, hanya sebagian kecil orang yg dirahmati ALLAH SWT sajalah yg mampu bersikap mawas, lalu berdisiplin melakukan filterisasi serta terus berjuang membebaskan masyarakat dari makar yg luar-biasa hebatnya ini, Maha Benar ALLAH SWT yg telah berfirman : â€Å“DAN SUNGGUH MEREKA ITU TELAH MEMBUAT MAKAR YG AMAT BESAR, DAN DISISI ALLAH-LAH (BALASAN) MAKAR MEREKA ITU. DAN SESUNGGUHNYA MAKAR MEREKA ITU HAMPIR-HAMPIR DAPAT MELENYAPKAN GUNUNG-GUNUNGPUN (KARENA BESARNYA).â€Ã‚ (Ibrahim, 14:46). Maka ambillah pelajaran wahai orang2 yg berakal…
Selamat Datang Sahabat....
Silahkan tinggalkan komentar dan saran
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon