MENGENANG HARI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

Sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, perjuangan rakyat Indonesia yang menyusulnya pada umumnya disebut Revolusi Agustus 1945. Walaupun didalam kenyataan sudah berdiri sebuah Republik sebagai pencerminan adanya relatif kemerdekaan politik, tapi secara ekonomis Republik Indonesia masih belum bisa membebaskan dirinya dari pengaruh modal asing. Oleh karena itu untuk kebebasan ekonomi dan politik bagi Indonesia, perjuangan perlu dilanjutkan untuk menyelesaiakan Revolusi Agustus 1945 sampai keakar-akarnya. Demikianlah yang selalu ditekankan oleh almarhum Presiden Soekarno.


Dewasa ini kita sudah menginjak ditahun 2007, ini berarti bahwa usia Republik kita sudah memasuki usia 62 tahun. Namun apa yang kita saksikan ?. Perjuangan untuk menyelesaikan Revolusi Agustus 1945 nampaknya sudah semakin menjauh; kalau tidak mau dikatakan sudah menghilang. Keadaan seperti itu sudah dimulai dari sejak digulingkannnya pemerintahan Presiden Soekarno oleh klik militer fasis pimpinan jendral Soeharto dengan cara kupdeta merangkak pada tahun 1966. Sejak itulah Republik Indonesia telah keluar dari orbit penyelesaian Revolusi Agustus 1945 dan berubah menjadi negara satelitnya imperialisme dunia yang sekarang terkenal dengan istilah kapitalis neoliberal yang dipimpin oleh AS.


Kini katanya orde baru sudah di-“tumbangkan”, tapi tiada seorangpun dari elite bangsa Indonesia terutama yang memegang kekuasaan negara mau menyadari bahwa republik ini telah keluar dari orbit revolusi Agustus 1945, karena mereka, yaitu elite bangsa Indonesia selalu sibuk saling berebutan kekuasaan yang hakekatnya adalah rebutan uang demi kepentingannya sendiri-sendiri. Dampaknya adalah Indonesia yang setengah merdeka kembali menjadi Indonesia yang terjajah seperti dijamannya kolonialisme Belanda, hanya caranya saja yang berbeda. Ini tercermin dalam hubungan dialektika ekonomi di Indonesia sejak zaman kolonialisme Belanda sampai sekarang, yang pada dasarnya tidak mengalami perubahan. Ekonomi rakyat dimana massa wong cilik tetap dalam posisi tertindas dan sebagai lapisan terbawah dalam konstellasi ekonomi Indonesia.

Proses ekploitatif nampaknya semakin mencengkam, karena adanya interaksi antara aktor-aktor ekonomi dari kelompok kuat (baca :oligarki saudagar yang dipimpin oleh Jusuf Kalla yang memegang kekuasaan negara dengan jabatan sebagai Wapres), dengan aktor ekonomi lemah yang terdiri dari massa wong cilik yang mencari nafkah sebagai buruh pabrik, buruh tani, petani gurem, nelayan, buruh nelayan, buruh angkutan kota (angkot), pengrajin kecil dan aktor-aktor ekonomi sekala kecil yang lainnya. Ini dibuktikan antara lain dalam bentuk menurunnya tingkat upah riil kaum buruh, semakin banyaknya petani yang tak mempunyai tanah dan semakin tinggi meningkatnya pengangguran baik yang terbuka ataupun yang terselubung.


Diatas sudah dikatakan bahwa dialektika hubungan ekonomi di zaman kolonial Belanda secara essensial tidak berbeda dengan hubungan dialektika ekonomi yang terdapat di Indonesia sekarang ini. Yang berubah adalah warisan aktor ditingkat atas , sedangkan sifat interaksi tidak berubah. Penguasa kolonial dan birokrat sekarang seluruhnya pribumi yang pada umumnya adalah para elite Golkar penegak orde baru (baca : partai pengkhianat revolusi Agustus 1945).
Dampak dari pengkhianatan Golkar adalah menjadikan Indonesia tetap tergantung pada modal asing dan utang luar negeri.


Ketergantungan pada pihak asing tercermin dalam bentuk pembayaran pembangnan didanai modal asing dan utang luar negeri yang sangat memainkan peranan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia sampai saat sekarang ini. Dalam konteks ini Indonesia yang merdeka sekarang ini dapat dikatakan merupakan repelika dari Indonesia yang terjajah pada zaman kolonialisme Belanda. Indonesia sekarang terus merupakan pemasok surplus ekonomi yang sangat setia kepada pihak asing.


Dalam usia jang ke 62 ini Indonesia telah kehilangan bergabai macam sumber daya alamnya, ini tercermin dalam tulisan Sdri Sri Adiningsih, Kepala Pusat Studi Asia Pasific UGM (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=151602),
seperti yang saya kutib dibawah ini.
Kutipan :
Melihat bangsa ini pada ulang tahun ke-62 kemerdekaannya rasanya nelangsa sekali. Betapa tidak, hingga kini pun ternyata bangsa kita harus menghadapi lagi percobaan yang berat: kehidupan semakin berat, kemiskinan dan pengangguran tinggi, utang besar, infrastruktur banyak yang rusak, hutan semakin gundul, dan laut semakin rusak. Lalu, bencana alam, baik yang alamiah ataupun karena ulah manusia, juga semakin sering terjadi dan memakan korban yang besar. Sepertinya masalah yang dihadapi oleh bangsa ini tiada hentinya mendera. (kutipan selesai)


Saya tambahkan Sumber daya energi dan kekayaan alam dari bumi Indonesia habis digadaikan pada pihak asing, seperti misalnya ; Freeport, Newmont dan Exxon Mobil (blok Cepu), tidak ada satupun diantaranya yang lepas dari kekuasaan pihak asing. Inilah keadaan yang kita alami pada usia 62 tahun Indonesia “Merdeka” dibawah kekuasaan duitunggal Golkar-PD atau SBY-JK.
Oleh karena itu ditahun 2007 ini kita bangsa Indonesia rasanya sudah didesak untuk menemukan kembali jalannya revolusi Agustus 1945, didesak untuk menyelesaiakan Revolusi Agustus 1945 sampai keakar-akarnya; jika kita bengsa Indonesia memang benar-benar cinta tanah air dan bangsanya.


Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa Golkar adalah sebagai biang keladi dari adanya segala malapetaka yang telah menyebabkan terjadinya krisis multidemensi dinegara kita yang sampai sekarang ini tak dapat di atasi.
Adalah suatu kenyataan bahwa krisis multi demensi samapai detik ini tidak dapat kita atasi, bahkan semakin mengancam keutuhan NKRI, ini semua adalah disebabkan oleh karena Golkar tetap dalam posisi dominan sepeti dijamannya orde baru, bahkan menduduki posisi sebagai Wapres. Ini tercermin dalam kedudukan ketua Golkar Jusuf Kalla sebagai wapres ( RI. 2)


Jika situasi semacam ini tidak diakhiri, maka bangsa Indonesia akan tetap kehilangan kemerdekaannya, sehingga yang tinggal hanyalah kenangan hampa hari kemerdekaan 17 Agustus 1945. Yah, ia hampa karena kemerdekaan 17 Agustus 1945 belum sampai dapat membawa kemakmuran bagi semua rakyatnya tapi sekarang sudah melenyap ditiup glombang globalisasi yang digerakkan oleh kekuatan kepitalis neoliberla yang disokong dan dianut oleh pemerintah SBY-JK.





Previous
Next Post »

Selamat Datang Sahabat....
Silahkan tinggalkan komentar dan saran


Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment