Memburu Lailatul Qadar

PEMBICARAAN tentang Lailatul Qadar tidak pernah selesai karena unik dan menarik. Lailatul Qadar mengandung dua pengertian. Satu, malam saat turunnya Alquran. Allah SWT, berfirman, "Inna anzalnahu fi lailatil qadri" (Sesungguhnya Aku telah menurunkannya (Alquran) itu pada Lailatul Qadar) Q.S. Al-Qadar: 1.
Lailatul qadri di sini bermakna "Malam yang penuh berkah." Hal ini jika dihubungkan dengan firman-Nya, "Inna anzalnahu fi lailatin mubarakatain" (Sesungguhnya Aku telah menurunkannya Alquran pada malam yang penuh berkah). Q.S. Ad-Dukhan:3. "Berkah" berarti kebaikan yang banyak.

Lailatul qadar dalam pengertian ini terjadi pada bulan Ramadan dan terjadi hanya satu kali. Allah berfirman, "Syahru Ramadana alladzi unzila fihi Alquran" (Bulan Ramadan adalah bulan yang padanya diturunkan Alquran) Q.S. Al-Baqarah:185. Tentang tanggalnya masih ada ikhtilaf (perbedaan pendapat) di antara para ulama, sebagian besar ulama menyatakan Lailatul Qadar itu terjadi pada tanggal 17 Ramadan. Hal ini didasarkan pada firman Allah, "In kuntum amantum billahi wa ma anzalna 'ala 'abdina yaumal furqan, yaumaltaqal jam'ani" (Jika kamu beriman kepada Allah dan terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami pada hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan) Q.S. Al-Anfal:41. Yang dimaksud dengan "hari pertemuan dua pasukan" yaitu saat terjadinya Perang Badar, yang diyakini terjadi pada hari Jumat tanggal 17 Ramadan tahun kedua Hijriah.

Sahabat Ibnu Abbas r.a. menjelaskan bahwa Alquran yang diturunkan pada Lailatul qadar pada bulan Ramadan (dari Lauh Mahfudz) ke langit dunia sekaligus atau seluruhnya; baru kemudian secara berangsur diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. (R. At-Thabrani).

Kedua, Lailatul qadar dalam pengertian sebuah malam penuh berkah yang datang pada setiap bulan Ramadan. Pengertian ini didasarkan kepada hadis yang berbunyi, "Suila Rasulullah saw. 'an lailatul qadri, Fa qala, hiya fi kulli Ramadana" (Nabi saw. ditanya tentang Lailatul qadar, baliau menjawab, lailatul qadar ada pada setiap bulan Ramadan) H.R. Abu Daud.

Mengenai Lailatul qadar dalam pengertian ini tidak ditemukan keterangan yang menunjukkan tanggal yang pasti. Menurut sahabat Ubadah bin Shamit dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Nabi saw. pada suatu hari ke luar menemui para sahabatnya untuk memberi tahu tentang kapan Lailatul qadar itu adanya, tapi karena ada dua orang sahabat yang malah ribut, maka beliau tidak jadi memberitahukannya, beliau malah akhirnya menganjurkan, "Faltamisuha fit tasi'ati, was-sabta'ati, wal-khamisati" (Carilah olehmu pada tanggal 21 atau 23 atau 25).

Di hadis lain dari Siti Aisyah riwayat Imam Al-Bukhari, Nabi saw. memerintahkan, "Taharrau lailatul qadri fil-witri minal 'asyril awakhiri min Ramadhana" (Carilah Lailatul qadar itu pada tanggal-tanggal gasal dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan). Menurut riwayat Imam Muslim dijelaskan bahwa Nabi saw. jika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan beliau meningkatkan kegiatannya, menghidupkan malamnya dengan mengurangi tidur dan membangunkan keluarganya. Malah beliau menyunatkan untuk berkitikaf di masjid selama sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan.

Di antara hikmah tidak diberitahukannya tanggal yang pasti tentang Lailatul qadar ini mungkin tidak lepas dari karakteristik ajaran Islam yang memotivasi umatnya untuk rajin bekerja dan beribadah, seperti diperintahkan Allah, "Fa idza faraghta fanshab" (Apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka carilah urusan yang lain) Q.S. Al-Insyirah:7.

Bisa dibayangkan jika Nabi saw. waktu itu jadi memberitahu tentang tanggal yang pasti datangnya Lailatul qadar itu, mungkin akan terjadi banyak orang yang melaksanakan salat tarawih, tadarus dan sebagainya hanya pada malam itu saja.

Tentang fadilah atau keutamaan dan berkah Lailatul qadar antara lain: (a) Nabi saw. bersabda, "Barang siapa yang melaksanakan salat qiyamu Ramadhan (salat tarawih) pada malam Lailatul qadar dengan dasar iman dan mengharap rida Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu". (H.R. Al-Bukhari);

(b) Nabi saw. bersabda, "Apabila datang Lailatul qadar, Malaikat Jibril bersama malaikat lainnya turun ke bumi mendoakan kepada setiap hamba yang berzikir dan berdoa kepada Allah, Allah menyatakan kepada para malaikat bahwa Allah akan memenuhi doanya. Allah berfirman, "Pulanglah kamu sekalian, Aku telah mengampuni dosa kalian dan Aku telah mengganti kejelekan dengan kebaikan". Maka mereka pulang dan telah mendapatkan ampunan-Nya. (H.R. Al-Baihaqi dari Anas bin Malik)

Kedua hadis itu menunjukkan kepada kita bahwa bagi yang melaksanakan salat tarawih, memperbanyak zikir, doa dan istighfar, bertepatan Lailatul qadar dengan hati yang ikhlas, dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. dan dengan khusyuk, insya Allah baginya akan mendapatkan ampunan-Nya. Sesuatu yang senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan mukmin. Karena dengan ampunan-Nya itulah seseorang akan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki dan abadi, yakni kebahagiaan di akhirat kelak.

Tidak diketemukan keterangan yang sahih dan sharikh (jelas) tentang ciri-ciri atau tanda-tanda bahwa malam itu adalah Lailatul qadar, kecuali hadis riwayat Muslim yang menyatakan bahwa jika malam itu adalah Lailatul qadar maka pagi harinya matahari terbit dengan cuaca yang cerah. Artinya baru diketahui setelah Lailatul qadar itu lewat. Hikmah dari dirahasiakannya Lailatul qadar ini antara lain kita didorong dan dimotivasi untuk mengisi malam-malam Ramadan khususnya pada sepuluh hari terakhir dengan berbagai amal saleh seperti, tarawih, tadarus Alquran, doa dan istighfar.

Siti Aisyah pernah bertanya kepada Nabi saw. tentang doa yang bisa dibaca jika bertemu dengan Lailatul qadar, Nabi saw. menyuruhnya untuk membaca, "Allahumma innaka 'afuwun tuhibbul 'afwa fa' fu 'anni" (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai sifat pemaaf, maka maafkanlah segala dosa hamba) -H.R. Ahmad-

Kita berhaarap dan memohon ampunan Allah serta bimbingan inayah dan rahmat-Nya semoga kita diberi kekuatan dan kemampuan mengisi bulan Ramadan ini baik siang maupun malamnya dengan berbagai amal ibadah dari awal sampai berakhirnya bulan suci ini, dan dijadikan sebagai wasilah kita diampuni segala kealpaan dan dosa kita. Amien! Wallahu a'lamu bish-shawwab.***

Penulis Ketua PP Persatuan Islam.



Previous
Next Post »

Selamat Datang Sahabat....
Silahkan tinggalkan komentar dan saran


Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment