Saudaraku... 
Semoga Allah merahmati kita semua. Amien.
Allah berfirman, artinya, “Maka beritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”  (QS. al-A’raf: 176). 
Rasulullah seringkali berkisah tentang sesuatu kepada para 
sahabatnya dengan harapan mereka mau mengambil pelajarannya. Untuk itu, 
kali ini akan kita nukil contoh yang pernah dikisahkan oleh beliau. 
Semoga kita bisa mengambil pelajarannya. 
Sahabat mulia Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “Ada 
seorang laki-laki yang membeli tanah perkebunan dari orang lain. 
Tiba-tiba orang yang membeli tanah perkebunan tersebut menemukan sebuah 
guci yang di dalamnya terdapat emas. Maka ia berkata kepada penjualnya, 
“Ambillah emasmu dariku, sebab aku hanya membeli tanah perkebunan, tidak
 membeli emas!, orang yang memiliki emas itu pun menjawab, “Aku menjual 
tanah itu berikut apa yang ada di dalamnya. Lalu, keduanya minta 
keputusan hukum kepada orang lain. Orang itu berkata, ‘apakah kalian 
berdua mempunyai anak?’ Salah seorang dari mereka berkata, aku memiliki 
seorang anak laki-laki. Yang lain berkata, ‘aku mempunyai seorang 
putri.’ Orang itu lalu berkata, “Nikahkanlah anak laki-laki (mu) dengan 
putri (nya) dan nafkahkanlah kepada keduanya dari emas itu dan 
bersedekahlah kalian dari padanya!” (Muttafaq ‘alaih). 
Abu Hurairah juga meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau 
menyebutkan seorang laki-laki dari Bani Israil yang meminta orang Bani 
Israil yang lainnya agar memberinya hutang sebesar 1000 dinar. Lalu 
orang yang menghutanginya berkata, “Datangkanlah beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutang ini).” Ia menjawab, “cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!,” orang itu berkata, “datangkanlah orang yang menjamin (mu)!” ia menjawab, “cukuplah Allah yang menjaminku!” Orang yang menghutanginya pun lalu berkata, “Engkau benar!”
 Maka uang itu diberikan kepadanya (untuk dibayar) pada waktu yang telah
 ditentukan. (setelah lama) orang yang berhutang itu pun pergi berlayar 
untuk suatu keperluan. Lalu ia mencari kapal yang bisa menghantarkannya 
karena hutangnya telah jatuh tempo, tetapi ia tidak mendapatkan kapal 
tersebut. Maka ia pun mengambil kayu yang kemudian ia lubangi, dan 
dimasukkannya uang 1000 dinar di dalamnya berikut surat kepada 
pemiliknya. Lalu ia meratakan dan memperbaiki letaknya. Selanjutnya ia 
menuju ke laut seraya berkata, “Ya Allah, sungguh Engkau telah 
mengetahui bahwa aku meminjam uang kepada si fulan sebanyak 1000 dinar. 
Ia memintaku seorang penjamin, maka aku katakan cukuplah Allah sebagai 
saksi, dan ia pun rela dengannya. Sungguh aku telah berusaha keras untuk
 mendapatkan kapal untuk mengirimkan kepadanya uang yang telah 
diberikannya kepadaku, tetapi aku tidak mendapatkan kapal itu. Karena 
itu, aku titipkan ia kepada-Mu.” Lalu ia melemparnya ke laut sehingga terapung-apung, lalu ia pulang. 
Adapun orang yang memberi hutang itu, maka ia mencari kapal yang 
datang ke negerinya. Maka ia pun keluar rumah untuk melihat-lihat 
barangkali ada kapal yang membawa titipan uang. Tetapi tiba-tiba ia 
menemukan kayu yang di dalamnya terdapat uang. Lalu ia mengambilnya 
sebagai kayu bakar untuk istrinya. Namun, ketika ia membelah kayu 
tersebut, ia mendapatkan uang berikut sepucuk surat. Selang beberapa 
waktu, datanglah orang yang berhutang kepadanya. Ia membawa uang 1000 
dinar seraya berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha untuk 
mendapatkan kapal agar bisa sampai kepadamu dengan uangmu, tetapi aku 
sama sekali tidak mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi 
sekarang!.” Orang yang menghutanginya berkata, “Bukankah engkau telah mengirimkan uang itu dengan sesuatu?”
 Ia menjawab, “Bukankah aku telah beritahukan kepadamu bahwa aku tidak 
mendapatkan kapal sebelum yang aku tumpangi sekarang?” orang yang 
menghutanginya mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah menunaikan apa 
yang telah engkau kirimkan kepadaku melalui kayu. Karena itu bawalah 
uang 1000 dinarmu kembali dengan beruntung” (HR. al-Bukhari, 4/469, Kitab Kafalah, dan Ahmad)
                 
Demikianlah kisah yang dituturkan oleh Nabi kita Muhammad 
shallallohu 'alaihi wasallam. Kisah pertama, contoh perilaku orang yang 
jujur. Adapun yang kedua, contoh orang yang amanat. Dari kedua kisah 
tersebut diakhiri dengan akibat dan balasan sikap baik yang keduanya 
miliki. Balasan kejujuran dari orang yang mengatakan sesuatu yang bukan 
haknya dan mengembalikan barang kepada orang yang memiliki hak tersebut,
 mendapatkan balasan kenikmatan bagi dirinya bahkan kepada orang yang 
berada dibawah tanggung jawabnya. Dan balasan sikap amanah orang yang 
diberi pinjaman dan berusaha sungguh-sungguh untuk mengembalikannya. Ia 
mendapatkan kembali harta yang ia pinjam dan kemudian harta tersebut 
menjadi miliknya. Itulah contoh balasan bagi orang yang bersikap baik 
dan Allah segerakan balasannya di dunia ini. Sungguh benar apa yang 
Allah firmankan, yang artinya, “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” ( QS. ar-Rahman : 60 ) 
Saudaraku…
Adapun balasan di akhirat, Allah menjanjikan kepada orang yang 
datang kepada-Nya dengan (membawa) kebaikan, akan mendapat balasan yang 
lebih baik dari kebaikan yang telah ia lakukan di dunia. Dan kita akhiri
 tulisan ini dengan firman Allah yang artinya, “Barangsiapa yang 
datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik 
daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) 
kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah
 mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu 
mereka kerjakan.” (QS. al-Qashash: 84)
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

 
.jpg)
 
Selamat Datang Sahabat....
Silahkan tinggalkan komentar dan saran
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon